Minggu, 01 Juli 2012

Cerita dibalik Arsitektur Hasanuddin Air Port


Pada saat saya memasuki Bandara Internasional Hasanuddin terlihat sebuah patung dari kejauhan, patung tersebut adalah patung dari sultan Hasanuddin, menurut saya patung tersebut terlihat indah dari beberapa sudut tertentu saja karena dari segi proporsi dan tinggi patung tidak presisi tinggi badan seorang sultan yang menggambarkan keperkasaan. Prasasti ini dibuat karena sultan Hasanuddin adalah Raja yang menyelamatkan Makassar dari kolonialisme, dan sebagai bentuk balas jasa masyarakat Makassar.

Nama Bandara Sultan Hasanuddin Makassar diangkat dari nama seorang pahlawan nasional, Sultan Hasanuddin, raja Gowa yang berjaya di abad ke 16 dan dijuluki “Ayam Jantan dari Timur” karena keberaniannya menentang kolonialisme. Nama Sultan Hasanuddin diangkat sebagai bentuk penghargaan dan peringatan terhadap jasa-jasa dan kebesarannya. sekilas bangunan ini terlihat seperti bangunan dengan arsitektur yang moderen namun siapa sangka setelah saya membaca literatur dan mewawncarai beberapa pegawai yang bekerja pada bandara tersebut bangunan ini memiliki beberapa filosofi dari tradisi sulawesi selatan (Bugis & Makassar). dari bentuk pilar" yang banyak serta menjulang ke atas banugunan ini menyerupai rumah adat bungis yang biasa di sebut "Balla Lompo",
Desain eksterior pada bandara Hasanuddin menggabungkan arsitektur moderen, futuristik dan filosofi kapal pinisi seperti yang kita ketahui bahwa kapal pinisi adalah ikon kota makassar, rangka atap yang menjulang keluar di buat sedemikin agar menyerupai bagian depan pada kapal pinisi, dan rangka yang berada di tengah berupa lengkungan itu merupakan gelombang ombak. menurut saya ekterior bangunan ini menyerupai kapal pinisi yang menembus ombak, bagian itu sengaja di buat agar seperti itu karena bentuk ini menggambarkan semangat sultan hasanuddin dan para prajuritnya yang tak pernah pantang menyerah dalam memerangi VOC. 




Dan beberapa bagian dari interior bangunan menggunakan material dengan teknologi tinggi konsep yang di gunakan pada bangunan tersebut merupakan penggabungan dari arsitektur hightech dan lokal. Ruang tunggu yang nyaman dengan fasilitas jendela besar yang memungkinkan kita dapat melihat keluar jendela. Dan rangka baja yang dipadukan pada kaca menimbulkan kesan modern. Pembuatan jendela yang besar ini juga semata – mata untuk memberi kesejukan pada area ruang tunggu bangunan. menurut saya pada bagian interior bandara hanya memperlihatkan 30% dari arsitektur lokal hampir seluruh fasilitas mengadopsi arsitektur moderen yang terlihat pada bangunan hanyalah simbol - simbol yang menunjukkan tradisi makassar pengadaan moving walk sangat membantu tetapi berkesan terlalu moderen, menurut saya moving walk pada banda ini harusnya didesain unik dan berbau khas Sulawesi agar tidak berkesan mengadopsi seluruh material moderen. 







2 komentar:

  1. kerenn mas... kapan2 kita bisa ketemu dan share2 tentang dunia arsitekturr yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoii santai bro, ak kuliah d itn malang, silahkan jalan" ke himpunan kami :)

      Hapus